“Siiuuunnnnggg”,
suara pesawat yang dikendarai Nino tinggal landas dari atap rumahnya menuju ke
antariksa (luar angkasa).
Dalam
hitungan menit, Nino sudah sampai di antariksa. Dia melihat bumi berbentuk bundar
dan bumi terus bergerak berputar.
“Wah
indahnya,” kata Nino.
Nino
mengarahkan kemudinya mengelilingi bumi, lalu dari kejauhan Nino melihat ada
beberapa daerah yang mengepul. “Mungkin ini daerah yang memiliki polusi udara
tinggi. Wah……, ternyata salah satunya kota Jakarta,” kata Nino dalam hati
sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.
Kemudian
Nino mengarahkan pesawatnya ke arah selatan dan dilihatnya wilayah negara Australia
dan Selandia Baru yang tampak masih hijau. Nino teringat beberapa waktu yang
lalu pernah membaca di internet tentang population
density yaitu kepadatan penduduk per luas area dan seingat Nino, wilayah
negara ini population density nya
masih rendah sehingga banyak area yang hijau.
Dari kejauhan dia juga melihat ada beberapa bagian bumi yang juga masih
rendah population density-nya seperti
Kanada dan Rusia.
“Ahhh….,
negara apa saja yah population density nya
padat, aku mau melihat dari angkasa,” kata Nino dalam hati sambil berusaha
mengingatnya. Lalu, Nino membuka internet pada komputer di pesawatnya.
“Yes, ini ketemu, http://en.wikipedia.org/wiki/Population_density
,” kata Nino dan muncullah gambar peta dengan tanda warna khusus untuk wilayah
yang kepadatan penduduknya padat, antara lain negara India, Bangladesh, Iran,
Euthopia, Mesir, Korea, Singapura dan ternyata termasuk pulau Jawa.
“Wah…wah…negara
kita juga kurang merata penyebaran penduduknya, hanya pulau Jawa saja yang
padat, apalagi Jakarta, sedangkan pulau lainnya masih cukup lenggang,” kata Nino
dalam hati.
Nino
membandingkan gambar pada internet itu dengan bumi yang dilihatnya dari
antariksa.
“Wah
gambar ini benar, sesuai aslinya. Tapi, aku ingat ada data berupa angka
kepadatan penduduk per luas tanah. Ehmm,….ini dia http://www.worldatlas.com/aatlas/populations/ctypopls.htm
data dalam angkanya,” kata Nino senang dan sambil terus memperhatikan bumi dan
membandingkannya dengan data dari internet.
“Tut…tut…tut,”
sinyal pesawat Nino berbunyi dan tertulis tanda ada pesawat mendekati pesawat
Nino.
Nino
yang sedang seru melihat bumi, berubah kuatir karena tanda ada pesawat yang
sedang mendekatinya.
“Incoming call (telepon panggilan),”
tulisan pada salah satu tanda di pesawat Nino.
Nino
menekan tanda tersebut dan terdengar suara, “hai, kamu Nino yah? Ini Chiko,”
terdengar suara dari alat tersebut.
“Chiko?
Kamu bisa tahu aku dalam pesawat ini?” tanya Nino heran.
“Iya,
aku pernah menemani ayah bertemu ayahmu dan ayahmu bercerita kamu dibelikan
pesawat wisata antariksa dan aku juga minta dibelikan hadiah yang sama jika aku
lulus ujian,” jawab Chiko.
“Wauuu,
keren kita yah, kecil-kecil sudah menerbangkan pesawat antariksa,” kata Nino
bangga.
“Hebatnya
lagi dalam hitungan menit kita sudah keliling dunia, tidak seperti di daratan
bumi,” kata Chiko.
“Iya
apalagi kalau kena macet, mencapai sepuluh kilometer saja, butuh waktu satu
jam,” keluh Nino.
“Betul
itu, kita harus memikirkan bagaimana cara mengatasinya,” tantang Chiko.
“Pakai
pesawat ini saja,” jawab Nino.
“Wah,
aku tidak yakin itu jalan keluarnya. Kalau semua naik pesawat, nanti macetnya
pindah di antariksa, lebih gawat lagi,” kata Chiko.
“Ah
sudahlah, kita jalan-jalan ke bulan dulu yuk,” Nino mengajak Chiko.
Mereka
berdua mengendarai pesawatnya ke arah bulan dan terkagum-kagum melihatnya. Lalu
mereka melanjutkan berkunjung ke beberapa planet.
“Nino,
kita balapan ke planet Neptunus yuk, planet yang paling terjauh dari matahari
dalam jajaran planet bima sakti,” ajak Chiko.
“Bukankah
sudah ditemukan planet terjauh oleh Nasa yang nama sementaranya UB313?” jawab
Nino.
“Oh
ya, aku baru tahu. Kalau begitu, kita ke Neptunus dulu, dari sana kita lihat
apa benar ada planet UB313. Ayo kita mulai balapan ke Neptunus,” kata Chiko.
“Ayo,
siapa takut. Satu…dua…tiga,” kata Nino dan pesawat mereka melesat sangat cepat.
Nino
sangat serius mengendarai pesawatnya, kepiawaiannya sedang diuji karena harus
melewati beberapa meteor yang beterbangan.
Saat
asyik mengemudi, tiba-tiba terdengar bunyi, “guk…guk…guk!”
“Apa
ini, kenapa telponku berubah menjadi bunyi suara anjing,”kata Nino dalam hati.
Nino
mulai sadar dia berada di alam yang berbeda, dia membuka matanya dan ternyata
tadi dia berminpi . Suara anjing tadi adalah suara brownis, anjing kesayangannya yang selalu setia membangunkannya
setiap pagi.
“Mama…mama….,”
Nino memanggil mama sambil mengucek-ngucek matanya.
“Nino
mimpi bisa menerbangkan pesawat antariksa. Seru sekali berwisata ke antariksa
walau dalam mimpi, loh ma…,” kata Nino.
“Tapi,
ma, bumi kita ini penyebaran penduduknya benar tidak merata seperti artikel yang
kubaca di internet,” sambung Nino.
“Jadi,
sekarang anak mama, mau berbuat apa?” tanya Mama.
“Nino
harus belajar yang pandai dulu, yah ma, supaya nanti bisa melakukan sesuatu
yang berguna untuk bumi ini,” jawab Nino dan disambut pelukan hangat mama.
Oleh, Kumala Sukasari Budiyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar