Jumat, 02 Agustus 2013

Berwisata ke Antariksa



“Siiuuunnnnggg”, suara pesawat yang dikendarai Nino tinggal landas dari atap rumahnya menuju ke antariksa (luar angkasa).
Dalam hitungan menit, Nino sudah sampai di antariksa. Dia melihat bumi berbentuk bundar dan bumi terus bergerak berputar.
“Wah indahnya,” kata Nino.
Nino mengarahkan kemudinya mengelilingi bumi, lalu dari kejauhan Nino melihat ada beberapa daerah yang mengepul. “Mungkin ini daerah yang memiliki polusi udara tinggi. Wah……, ternyata salah satunya kota Jakarta,” kata Nino dalam hati sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.
Kemudian Nino mengarahkan pesawatnya ke arah selatan dan dilihatnya wilayah negara Australia dan Selandia Baru yang tampak masih hijau. Nino teringat beberapa waktu yang lalu pernah membaca di internet tentang population density yaitu kepadatan penduduk per luas area dan seingat Nino, wilayah negara ini population density nya masih rendah sehingga banyak area yang hijau.  Dari kejauhan dia juga melihat ada beberapa bagian bumi yang juga masih rendah population density-nya seperti Kanada dan Rusia.
“Ahhh…., negara apa saja yah population density nya padat, aku mau melihat dari angkasa,” kata Nino dalam hati sambil berusaha mengingatnya. Lalu, Nino membuka internet pada komputer di pesawatnya.
Yes, ini ketemu,  http://en.wikipedia.org/wiki/Population_density ,” kata Nino dan muncullah gambar peta dengan tanda warna khusus untuk wilayah yang kepadatan penduduknya padat, antara lain negara India, Bangladesh, Iran, Euthopia, Mesir, Korea, Singapura dan ternyata termasuk pulau Jawa.
“Wah…wah…negara kita juga kurang merata penyebaran penduduknya, hanya pulau Jawa saja yang padat, apalagi Jakarta, sedangkan pulau lainnya masih cukup lenggang,” kata Nino dalam hati.
Nino membandingkan gambar pada internet itu dengan bumi yang dilihatnya dari antariksa.
“Wah gambar ini benar, sesuai aslinya. Tapi, aku ingat ada data berupa angka kepadatan penduduk per luas tanah. Ehmm,….ini dia http://www.worldatlas.com/aatlas/populations/ctypopls.htm data dalam angkanya,” kata Nino senang dan sambil terus memperhatikan bumi dan membandingkannya dengan data dari internet.
“Tut…tut…tut,” sinyal pesawat Nino berbunyi dan tertulis tanda ada pesawat mendekati pesawat Nino.
Nino yang sedang seru melihat bumi, berubah kuatir karena tanda ada pesawat yang sedang mendekatinya.
Incoming call (telepon panggilan),” tulisan pada salah satu tanda di pesawat Nino.
Nino menekan tanda tersebut dan terdengar suara, “hai, kamu Nino yah? Ini Chiko,” terdengar suara dari alat tersebut.
“Chiko? Kamu bisa tahu aku dalam pesawat ini?” tanya Nino heran.
“Iya, aku pernah menemani ayah bertemu ayahmu dan ayahmu bercerita kamu dibelikan pesawat wisata antariksa dan aku juga minta dibelikan hadiah yang sama jika aku lulus ujian,” jawab Chiko.
“Wauuu, keren kita yah, kecil-kecil sudah menerbangkan pesawat antariksa,” kata Nino bangga.
“Hebatnya lagi dalam hitungan menit kita sudah keliling dunia, tidak seperti di daratan bumi,” kata Chiko.
“Iya apalagi kalau kena macet, mencapai sepuluh kilometer saja, butuh waktu satu jam,” keluh Nino.
“Betul itu, kita harus memikirkan bagaimana cara mengatasinya,” tantang Chiko.
“Pakai pesawat ini saja,” jawab Nino.
“Wah, aku tidak yakin itu jalan keluarnya. Kalau semua naik pesawat, nanti macetnya pindah di antariksa, lebih gawat lagi,” kata Chiko.
“Ah sudahlah, kita jalan-jalan ke bulan dulu yuk,” Nino mengajak Chiko.
Mereka berdua mengendarai pesawatnya ke arah bulan dan terkagum-kagum melihatnya. Lalu mereka melanjutkan berkunjung ke beberapa planet.
“Nino, kita balapan ke planet Neptunus yuk, planet yang paling terjauh dari matahari dalam jajaran planet bima sakti,” ajak Chiko.
“Bukankah sudah ditemukan planet terjauh oleh Nasa yang nama sementaranya UB313?” jawab Nino.
“Oh ya, aku baru tahu. Kalau begitu, kita ke Neptunus dulu, dari sana kita lihat apa benar ada planet UB313. Ayo kita mulai balapan ke Neptunus,” kata Chiko.
“Ayo, siapa takut. Satu…dua…tiga,” kata Nino dan pesawat mereka melesat sangat cepat.
Nino sangat serius mengendarai pesawatnya, kepiawaiannya sedang diuji karena harus melewati beberapa meteor yang beterbangan.
Saat asyik mengemudi, tiba-tiba terdengar bunyi, “guk…guk…guk!”
“Apa ini, kenapa telponku berubah menjadi bunyi suara anjing,”kata Nino dalam hati.
Nino mulai sadar dia berada di alam yang berbeda, dia membuka matanya dan ternyata tadi dia berminpi . Suara anjing tadi adalah suara brownis, anjing kesayangannya yang selalu setia membangunkannya setiap pagi.
“Mama…mama….,” Nino memanggil mama sambil mengucek-ngucek matanya.
“Nino mimpi bisa menerbangkan pesawat antariksa. Seru sekali berwisata ke antariksa walau dalam mimpi, loh ma…,” kata Nino.
“Tapi, ma, bumi kita ini penyebaran penduduknya benar tidak merata seperti artikel yang kubaca di internet,” sambung Nino.
“Jadi, sekarang anak mama, mau berbuat apa?” tanya Mama.
“Nino harus belajar yang pandai dulu, yah ma, supaya nanti bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk bumi ini,” jawab Nino dan disambut pelukan hangat mama.
Oleh, Kumala Sukasari Budiyanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar