Minggu, 04 Agustus 2013

Bungkus Cokelat dan Bungkus Permen


“Nyam, nyam, eeeemmm…, nikmatnya,” terdengar suara Tita menikmati cokelat kesukaannya.
Tita sangat menyukai cokelat dan bisa menghabiskan lima batang cokelat dalam sehari.
Ibu Tuti, ibunya Tita, sudah berkali-kali mengingatkan Tita agar tidak terlalu banyak makan cokelat karena takut tubuh Tita yang gempal menjadi tambah gemuk, tapi Tita selalu saja tidak mematuhinya.
Tita juga memiliki tingkah laku buruk saat makan cokelat. Sudah beberapa minggu ini, Tita malas membuang sampah bekas pembungkus cokelat ke tempat sampah tapi diam-diam dari balik jendela kamarnya, Tita melemparkan bekas bungkus cokelat ke rumah Chiko.
Rumah Tita dan Chiko letaknya berhimpitan dan hanya dibatasi oleh pot-pot tanaman yang rendah sehingga Tita dapat membuang bekas pembungkus cokelat melalui jendela kamarnya, walaupun tempat sampah tersedia di pojok halaman rumahnya.
Chiko dan Tita bersahabat tapi kelakuannya berbeda. Chiko, walaupun anak laki-laki tidak segan-segan membantu membersihkan rumah sedangkan Tita sebaliknya.
Sudah beberapa minggu sejak Chiko mendapat tugas menyapu halaman dari ibunya, Chiko selalu melihat bekas pembungkus cokelat bertebaran di halamannya, tapi Chiko berusaha berpikir positif, “Di rumah ini tidak ada yang makan cokelat, dari mana ini……ahhh, mungkin angin yang meniup sampah ini ke rumahku, sudahlah, aku bersihkan saja.”
Beberapa hari kemudian, saat Chiko menyapu halaman, ibu Tuti juga sedang menyapu halaman rumahnya, “Wah, Chiko kamu suka cokelat juga yah seperti Tita”, tanya ibu Tuti kepada Chiko.
“Tidak bu, aku sukanya permen,” jawab Chiko.
“Kenapa ibu bisa berkesimpulan demikian,” tanya Chiko kebingungan.
“Itu loh……,dari bekas bungkus cokelat yang kamu sapu,” kata ibu Tuti sambil tertawa.
“Ah, ibu….. ini sih sampah terbang entah dari mana,” jawab Chiko polos.
Ibu Tuti langsung berfirasat, jangan-jangan ini ulah Tita yang memang suka membuang sampah sembarangan. Keesokan harinya, ibu Tuti diam-diam memperhatikan gerak langkah Tita, ibu Tuti penasaran apakah anaknya Tita anaknya yang berbuat demikian.
Ibu Tuti agak tidak sabar menunggu karena jika Tita makan cokelat lama sekali, dia menikmatinya perlahan-lahan sambil bersenandung.
Saat cokelatnya habis, mata Ibu Tuti tidak berkedip dan alangkah kagetnya dia karena benar Tita yang membuang sampah bekas pembungkus cokelat ke halaman rumah Chiko.
Ibu Tuti langsung menasehati Tita tapi sudah beberapa hari diingatkan Tita terus mengulang perbuatannya tanpa ada rasa penyesalan.
Sebagai ibu yang bijaksana, ibu Tuti memikirkan suatu rencana untuk menyadarkan anaknya, Tita.
“Ya….aku dapat ide,” kata ibu Tuti dalam hati.
Ibu Tuti memanggil Chiko dan menerangkan dari mana asalnya sampah bekas pembungkus cokelat yang selama ini berserakan di halaman rumahnya. Chiko cukup kaget dan ingin memarahi Tita, namun karena ibu Tuti memohon maaf untuk kesalahan puterinya, Chiko tidak jadi marah dan bahkan mau membantu itu Tuti untuk menyadarkan Tita.
“Chiko, kamu suka permen kan?” tanya ibu Tuti.
“Iya bu, suka banget,” jawab Chiko.
“Mulai besok, kamu buang saja bekas pembungkus permen yang kamu makan ke halaman rumah ibu,” pinta ibu Tuti.
“Ibu tidak salah, itu kan perbuatan buruk dan merusak lingkungan,” kata Chiko.
“Ini hanya sementara, Chiko, hanya untuk menyadarkan Tita,” jawab ibu Tuti.
“Lalu?” balas Chiko bingung.
“Mulai besok, ibu akan tugaskan Tita menyapu halaman sehingga dia bisa merasakan jika halamannya dikotori orang lain,” kata ibu Tuti.
Tita memulai tugasnya menyapu halaman dengan wajah cemberut, namun pada hari itu karena kekesalannya mendapat tugas menyapu, dia belum sadar melihat sampah permen yang berserakan di halaman rumahnya.
Pada hari yang ketiga, barulah Tita menyadari bekas bungkus permen ini selalu ada di halamannya, dia pun segera menyadari bungkus permen ini adalah bungkus permen kesukaan tetangganya, Chiko.
Chika berteriak memanggil Chiko, namun sebelum Chiko keluar dari rumah, ibunya sudah muncul terlebih dahulu.
“Kenapa kamu teriak-teriak memanggil Chiko,” kata ibu Tuti.
“Ini, bu, ini bungkus permen kesukaannya Chiko, aku yakin. Selama tiga hari aku menyapu halaman, selalu ada sampah bungkus permen ini,” jawan Tita dengan geram.
Ibu Tuti tersenyum dan langsung menegurnya, “Buka
nkah kamu yang terlebih dahulu memulai membuang sampah bekas bungkus cokelat ke rumah Chiko.”
“Tapi…., tapi….”, Tita kehabisan kata-kata.
“Tapi, apa,” kata ibu Tuti.
“Iya bu aku salah, tapi kenapa Chiko membalasnya?” kata Tita.
Ibu Tuti menjelaskan bahwa ini semua bagian rencana untuk menyadarkan Tita dan Chiko tidak pernah berniat balas dendam, semua ini terjadi karena permintannya.
Tidak lama kemudian, Chiko keluar dari rumahnya dan dengan wajahnya yang polos tersenyum menatap Tita yang salah tingkah, “Tita kamu jangan terlalu banyak makan cokelat, donk….bagi-bagi aku…….., bukan bekas pembungkusnya saja, tapi harus dengan isinya.”
 “Ayo cepat, ambil cokelat di kulkas dan berikan ke Chiko sebagai tanda permintaan maaf kamu,” pinta ibu Tuti kepada Tita.
Tita memberikan satu batang cokelat kepada Chiko dan Chiko mengeluarkan tiga bungkus permen dari sakunya dan diberikan kepada Tita.
“Asyik, memberi satu, dapat balasan tiga,” kata Tita sambil tertawa dan sejak saat itu Tita selalu membuang sampah bekas pembungkus cokelat di tempat sampah.

Pesan dari cerita ini “Jangan melakukan sesuatu yang tidak baik kepada orang lain yang mana kita juga tidak mau mengalaminya”.

Oleh, Kumala Sukasari Budiyanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar