“Nyam, nyam, eeeemmm…, nikmatnya,” terdengar suara Tita menikmati cokelat kesukaannya.
Ibu
Tuti, ibunya Tita, sudah berkali-kali mengingatkan Tita agar tidak terlalu
banyak makan cokelat karena takut tubuh Tita yang gempal menjadi tambah gemuk,
tapi Tita selalu saja tidak mematuhinya.
Tita
juga memiliki tingkah laku buruk saat makan cokelat. Sudah beberapa minggu ini, Tita malas membuang sampah bekas pembungkus
cokelat ke tempat sampah tapi diam-diam dari balik jendela kamarnya, Tita melemparkan
bekas bungkus cokelat ke rumah Chiko.
Rumah
Tita dan Chiko letaknya berhimpitan dan hanya dibatasi oleh pot-pot tanaman
yang rendah sehingga Tita dapat membuang bekas pembungkus cokelat melalui jendela
kamarnya, walaupun tempat sampah tersedia di pojok halaman rumahnya.
Chiko
dan Tita bersahabat tapi kelakuannya berbeda. Chiko, walaupun anak laki-laki
tidak segan-segan membantu membersihkan rumah sedangkan Tita sebaliknya.
Sudah
beberapa minggu sejak Chiko mendapat tugas menyapu halaman dari ibunya, Chiko
selalu melihat bekas pembungkus cokelat bertebaran di halamannya, tapi Chiko
berusaha berpikir positif, “Di rumah ini tidak ada yang makan cokelat, dari
mana ini……ahhh, mungkin angin yang meniup sampah ini ke rumahku, sudahlah, aku
bersihkan saja.”
Beberapa
hari kemudian, saat Chiko menyapu halaman, ibu Tuti juga sedang menyapu halaman
rumahnya, “Wah, Chiko kamu suka cokelat juga yah seperti Tita”, tanya ibu Tuti
kepada Chiko.
“Tidak
bu, aku sukanya permen,” jawab Chiko.
“Kenapa
ibu bisa berkesimpulan demikian,” tanya Chiko kebingungan.
“Itu
loh……,dari bekas bungkus cokelat yang kamu sapu,” kata ibu Tuti sambil tertawa.
“Ah,
ibu….. ini sih sampah terbang entah dari mana,” jawab Chiko polos.
Ibu
Tuti langsung berfirasat, jangan-jangan ini ulah Tita yang memang suka membuang
sampah sembarangan. Keesokan harinya, ibu Tuti diam-diam memperhatikan gerak
langkah Tita, ibu Tuti penasaran apakah anaknya Tita anaknya yang berbuat
demikian.
Ibu
Tuti agak tidak sabar menunggu karena jika Tita makan cokelat lama sekali, dia
menikmatinya perlahan-lahan sambil bersenandung.
Saat
cokelatnya habis, mata Ibu Tuti tidak berkedip dan alangkah kagetnya dia karena
benar Tita yang membuang sampah bekas pembungkus cokelat ke halaman rumah
Chiko.
Ibu
Tuti langsung menasehati Tita tapi sudah beberapa hari diingatkan Tita terus
mengulang perbuatannya tanpa ada rasa penyesalan.
Sebagai
ibu yang bijaksana, ibu Tuti memikirkan suatu rencana untuk menyadarkan
anaknya, Tita.
“Ya….aku
dapat ide,” kata ibu Tuti dalam hati.
Ibu
Tuti memanggil Chiko dan menerangkan dari mana asalnya sampah bekas pembungkus
cokelat yang selama ini berserakan di halaman rumahnya. Chiko cukup kaget dan
ingin memarahi Tita, namun karena ibu Tuti memohon maaf untuk kesalahan
puterinya, Chiko tidak jadi marah dan bahkan mau membantu itu Tuti untuk
menyadarkan Tita.
“Chiko,
kamu suka permen kan?” tanya ibu Tuti.
“Iya
bu, suka banget,” jawab Chiko.
“Mulai
besok, kamu buang saja bekas pembungkus permen yang kamu makan ke halaman rumah
ibu,” pinta ibu Tuti.
“Ibu
tidak salah, itu kan perbuatan buruk dan merusak lingkungan,” kata Chiko.
“Ini
hanya sementara, Chiko, hanya untuk menyadarkan Tita,” jawab ibu Tuti.
“Lalu?”
balas Chiko bingung.
“Mulai
besok, ibu akan tugaskan Tita menyapu halaman sehingga dia bisa merasakan jika
halamannya dikotori orang lain,” kata ibu Tuti.
Tita
memulai tugasnya menyapu halaman dengan wajah cemberut, namun pada hari itu
karena kekesalannya mendapat tugas menyapu, dia belum sadar melihat sampah
permen yang berserakan di halaman rumahnya.
Pada
hari yang ketiga, barulah Tita menyadari bekas bungkus permen ini selalu ada di
halamannya, dia pun segera menyadari bungkus permen ini adalah bungkus permen
kesukaan tetangganya, Chiko.
Chika
berteriak memanggil Chiko, namun sebelum Chiko keluar dari rumah, ibunya sudah
muncul terlebih dahulu.
“Kenapa
kamu teriak-teriak memanggil Chiko,” kata ibu Tuti.
“Ini,
bu, ini bungkus permen kesukaannya Chiko, aku yakin. Selama tiga hari aku
menyapu halaman, selalu ada sampah bungkus permen ini,” jawan Tita dengan
geram.
Ibu
Tuti tersenyum dan langsung menegurnya, “Buka
nkah
kamu yang terlebih dahulu memulai membuang sampah bekas bungkus cokelat ke
rumah Chiko.”
“Tapi….,
tapi….”, Tita kehabisan kata-kata.
“Tapi,
apa,” kata ibu Tuti.
“Iya
bu aku salah, tapi kenapa Chiko membalasnya?” kata Tita.
Ibu
Tuti menjelaskan bahwa ini semua bagian rencana untuk menyadarkan Tita dan
Chiko tidak pernah berniat balas dendam, semua ini terjadi karena permintannya.
Tidak
lama kemudian, Chiko keluar dari rumahnya dan dengan wajahnya yang polos
tersenyum menatap Tita yang salah tingkah, “Tita kamu jangan terlalu banyak
makan cokelat, donk….bagi-bagi aku…….., bukan bekas pembungkusnya saja, tapi
harus dengan isinya.”
“Ayo cepat, ambil cokelat di kulkas dan
berikan ke Chiko sebagai tanda permintaan maaf kamu,” pinta ibu Tuti kepada
Tita.
Tita
memberikan satu batang cokelat kepada Chiko dan Chiko mengeluarkan tiga bungkus
permen dari sakunya dan diberikan kepada Tita.
“Asyik,
memberi satu, dapat balasan tiga,” kata Tita sambil tertawa dan sejak saat itu
Tita selalu membuang sampah bekas pembungkus cokelat di tempat sampah.
Pesan dari cerita ini “Jangan
melakukan sesuatu yang tidak baik kepada orang lain yang mana kita juga tidak
mau mengalaminya”.
Oleh, Kumala Sukasari Budiyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar