Pada suatu pagi hari yang cerah, sekelompok anak ayam sedang bermain-main di pinggir hutan yang rindang.
Saat
sedang asyik bermain, tiba-tiba dari kejauhan salah satu dari anak ayam melihat
binatang mirip anak ayam yang sedang tersesat.
“Ayo,
kita hampiri dia,” kata seekor anak ayam bernama Kiki.
“Kamu
tersesat?” kata Kiki kepada binatang itu.
“Iya,
boleh aku tinggal bersama kalian?” tanyanya.
“Boleh,
nama kamu siapa?” kata anak ayam lainnya bernama Mimi.
“Wah,
namamu keren sekali!” kata Kiki sambil tertawa.
Waktu
berlalu begitu cepat, tiga bulan sudah Eagle hidup bersama Kiki, Mimi dan
beberapa ayam lainnya, mereka sudah tampak mulai dewasa.
Sekarang
bulu-bulu Kiki makin tampak indah, berwarna putih dan cokelat dan lehernya berwarna
merah.
“Kamu
cantik, Kiki,” puji Eagle.
“Tidak
seperti aku, buluku hitam,” sambung Eagle.
“Kalau
kamu mau berbulu coklat, itu mudah Eagle! Kamu berguling-guling saja di tanah
yang ada di tepi hutan, nanti bulumu menjadi coklat!” kata ayam Miko yang
terkenal suka ceplas ceplos.
Eagle
yang merasa rendah diri dengan warna bulunya terus memikirkan ide ayam Miko dan
pada suatu pagi, Eagle memutuskan untuk mencoklatkan bulu-bulunya dengan tanah.
Setelah berguling-guling beberapa kali,
bulu-bulu Eagle penuh dengan tanah, warna bulunya tampak bercak-bercak coklat
tapi bulunya malah tampak kotor.
Eagle
sedih karena tidak berhasil merubah dirinya menjadi cantik seperti Kiki.
“Sudahlah,
Eagle, syukuri apa yang ada,” bujuk Kiki.
Eagle
mengangguk-angguk tapi dalam hatinya yang terdalam Eagle masih belum dapat
menerima warna bulunya yang tidak warna warni.
Belum
tuntas Eagle mengembalikan kepercayaan dirinya, tiba-tiba saat makan bersama,
salah satu temannya menertawai cara makan Eagle.
“Eagle
cara makan kamu aneh!” kata ayam Miko.
“Huss,
jangan jahil,” kata ayam Kiki.
“Eagle
bentuk paruhmu aneh, itu yang membuatmu susah mematuk dedek ini,” sambung ayam
Miko tidak peduli.
“Iya
sih, aku juga tidak tahu kenapa aku beda dengan kalian,” kata Eagle.
Eagle
semakin merasa rendah diri, bulu hitam, paruh aneh.
“Sayapku
juga lebar sekali, aku benar-benar tidak cantik,” keluh Eagle dalam hati.
Keesokan
harinya, Eagle berjalan sendiri agak jauh ke arah barat dia ingin melupakan
kesedihannya.
Saat
dia melamun di hutan bagian barat, dia bertemu binatang yang berbulu hitam
mirip dengannya.
“Wah,
ternyata yang jelek bukan aku saja,” kata Eagle dalam hati.
Eagle
tersenyum, tapi tiba-tiba ia kaget bukan kepalang melihat binatang yang mirip
dirinya itu merentangkan sayapnya yang lebar lalu terbang sangat tinggi sekali.
“Wah
hebat! Dimana dia belajar akrobat ini,” kata Eagle dalam hati kagum.
Binatang
itu kembali mendarat di daratan tidak jauh dari tempat Eagle.
Eagle
menghampirinya dan berkenalan.
“Om
hebat, bisa terbang tinggi sekali,” kata Eagle.
“Lho,
elang pasti bisa terbang tinggi, kamu juga elang seperti om,” katanya.
“Aku
ayam, om, aku tidak bisa terbang,” kata Eagle.
“Kamu
elang,” kata om elang.
“Bukan,”
kata Eagle.
“Kamu
elang, nak,” kata om elang.
Mereka
berdebat cukup lama dan akhirnya Eagle mulai tersadar saat om elang mengajaknya
ke suatu tempat yang penuh dengan burung elang.
“Ini
saudara-saudaramu, nak. Perhatikan sayapmu, cakarmu, paruhmu, kamu sama dengan
mereka,” kata om elang.
“Aku
tidak yakin, om. Aku ini ayam, tidak bisa terbang,” kata Eagle.
“Kamu
hanya tidak terlatih,” kata om elang.
Om
Elang mengajaknya ke suatu tebing yang tinggi untuk belajar terbang.
Saat
tiba di puncak tebing, Eagle mulai gemetar.
“Beginilah,
cara awal anak-anak elang belajar terbang, Eagle!” kata om Elang.
“Anginnya
kencang sekali, om,” kata Eagle.
“Wowww,
angin kencang justru membuat kita burung Elang bisa terbang makin dasyat,” kata
om Elang.
Tiba-tiba
Eagle merasa terdorong jatuh ke jurang.
“Kepakkan
sayapmu, cepat,” kata om elang yang menyusul Eagle terbang.
Eagle
yang takut, lama-lama menikmatinya.
Om
elang terus mendampingi dan terus memberikan petunjuk kepada Eagle.
Beberapa
hari mereka berlatih terbang dan Eagle akhirnya bisa terbang sendiri.
Eagle,
teringat pada teman-temannya ayam Kiki, Mimi, Miko dan lainnya. Eagle terbang
ke tempat mereka dan tidak ada dua menit sudah sampai, tidak seperti
kepergiannya sebelumnya ke hutan barat.
“Sembunyiiiiiiiii……!”
teriak Miko.
“Ada
elang,” sambung Miko ketakutan.
Eagle
mendarat dan memanggil-manggil temannya,” Kiki, Mimi, Miko, Kalian dimana? Ini
Eagle”.
“Eagle?”
kata ayam Mimi dari balik persembunyian.
“Ah
masa? Eagle itu tidak bisa terbang, dia hanya ayam buruk rupa,” kata Miko.
“Kawan-kawan
ini aku, aku kangen dengan kalian,” teriak Eagle berusaha memanggil
teman-temannya.
“Suaranya
sama,” kata ayam Mimi.
Mereka
akhirnya keluar dari persembunyian dan menemui Eagle.
“Kamu
benar Eagle?’ kata ayam Mimi.
“Benar,
Mimi. Aku Eagle!”
“Aku
baru menyadari sebenarnya aku seekor elang, bukan seekor ayam seperti kalian.
Aku sekarang sadar mengapa aku berbeda dengan kalian. Seharusnya dulu aku tidak
perlu rendah diri karena sebenarnya salah satu perbedaan itulah yang membuatku
bisa terbang tinggi,” kata Eagle.
“Apa
itu?”, “ Apa itu?” tanya ayam-ayam itu ribut penasaran.
“Ini,
sayapku yang lebar yang dulu aku anggap buruk,” jawab Eagle.
“Wah,
tapi setelah kamu sadar kamu adalah seekor elang, kamu tidak memangsa kami kan
yah?” kata ayam Kiki.
“Tentu
tidak, kalian teman aku,” kata Eagle.
Eagle
dan ayam Mimi, Kiki, Miko terus menjalain persahabatan dan sesekali Eagle
mengajak teman-temannya terbang.
Oleh, Kumala Sukasari
Budiyanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar