Senin, 05 Agustus 2013

Eagle


Pada suatu pagi hari yang cerah, sekelompok anak ayam sedang bermain-main di pinggir hutan yang rindang.
Saat sedang asyik bermain, tiba-tiba dari kejauhan salah satu dari anak ayam melihat binatang mirip anak ayam yang sedang tersesat.
“Ayo, kita hampiri dia,” kata seekor anak ayam bernama Kiki.
“Kamu tersesat?” kata Kiki kepada binatang itu.
“Iya, boleh aku tinggal bersama kalian?” tanyanya.
“Boleh, nama kamu siapa?” kata anak ayam lainnya bernama Mimi.
“Nama aku Eagle,” katanya.
“Wah, namamu keren sekali!” kata Kiki sambil tertawa.
Waktu berlalu begitu cepat, tiga bulan sudah Eagle hidup bersama Kiki, Mimi dan beberapa ayam lainnya, mereka sudah tampak mulai dewasa.
Sekarang bulu-bulu Kiki makin tampak indah, berwarna putih dan cokelat dan lehernya berwarna merah.
“Kamu cantik, Kiki,” puji Eagle.
“Tidak seperti aku, buluku hitam,” sambung Eagle.
“Kalau kamu mau berbulu coklat, itu mudah Eagle! Kamu berguling-guling saja di tanah yang ada di tepi hutan, nanti bulumu menjadi coklat!” kata ayam Miko yang terkenal suka ceplas ceplos.
Eagle yang merasa rendah diri dengan warna bulunya terus memikirkan ide ayam Miko dan pada suatu pagi, Eagle memutuskan untuk mencoklatkan bulu-bulunya dengan tanah. Setelah berguling-guling  beberapa kali, bulu-bulu Eagle penuh dengan tanah, warna bulunya tampak bercak-bercak coklat tapi bulunya malah tampak kotor.
Eagle sedih karena tidak berhasil merubah dirinya  menjadi cantik seperti Kiki.
“Sudahlah, Eagle, syukuri apa yang ada,” bujuk Kiki.
Eagle mengangguk-angguk tapi dalam hatinya yang terdalam Eagle masih belum dapat menerima warna bulunya yang tidak warna warni.
Belum tuntas Eagle mengembalikan kepercayaan dirinya, tiba-tiba saat makan bersama, salah satu temannya menertawai cara makan Eagle.
“Eagle cara makan kamu aneh!” kata ayam Miko.
“Huss, jangan jahil,” kata ayam Kiki.
“Eagle bentuk paruhmu aneh, itu yang membuatmu susah mematuk dedek ini,” sambung ayam Miko tidak peduli.
“Iya sih, aku juga tidak tahu kenapa aku beda dengan kalian,” kata Eagle.
Eagle semakin merasa rendah diri, bulu hitam, paruh aneh.
“Sayapku juga lebar sekali, aku benar-benar tidak cantik,” keluh Eagle dalam hati.
Keesokan harinya, Eagle berjalan sendiri agak jauh ke arah barat dia ingin melupakan kesedihannya.
Saat dia melamun di hutan bagian barat, dia bertemu binatang yang berbulu hitam mirip dengannya.
“Wah, ternyata yang jelek bukan aku saja,” kata Eagle dalam hati.
Eagle tersenyum, tapi tiba-tiba ia kaget bukan kepalang melihat binatang yang mirip dirinya itu merentangkan sayapnya yang lebar lalu terbang sangat tinggi sekali.
“Wah hebat! Dimana dia belajar akrobat ini,” kata Eagle dalam hati kagum.
Binatang itu kembali mendarat di daratan tidak jauh dari tempat Eagle.
Eagle menghampirinya dan berkenalan.
“Om hebat, bisa terbang tinggi sekali,” kata Eagle.
“Lho, elang pasti bisa terbang tinggi, kamu juga elang seperti om,” katanya.
“Aku ayam, om, aku tidak bisa terbang,” kata Eagle.
“Kamu elang,” kata om elang.
“Bukan,” kata Eagle.
“Kamu elang, nak,” kata om elang.
Mereka berdebat cukup lama dan akhirnya Eagle mulai tersadar saat om elang mengajaknya ke suatu tempat yang penuh dengan burung elang.
“Ini saudara-saudaramu, nak. Perhatikan sayapmu, cakarmu, paruhmu, kamu sama dengan mereka,” kata om elang.
“Aku tidak yakin, om. Aku ini ayam, tidak bisa terbang,” kata Eagle.
“Kamu hanya tidak terlatih,” kata om elang.
Om Elang mengajaknya ke suatu tebing yang tinggi untuk belajar terbang.
Saat tiba di puncak tebing, Eagle mulai gemetar.
“Beginilah, cara awal anak-anak elang belajar terbang, Eagle!” kata om Elang.
“Anginnya kencang sekali, om,” kata Eagle.
“Wowww, angin kencang justru membuat kita burung Elang bisa terbang makin dasyat,” kata om Elang.
Tiba-tiba Eagle merasa terdorong jatuh ke jurang.
“Kepakkan sayapmu, cepat,” kata om elang yang menyusul Eagle terbang.
Eagle yang takut, lama-lama menikmatinya.
Om elang terus mendampingi dan terus memberikan petunjuk kepada Eagle.
Beberapa hari mereka berlatih terbang dan Eagle akhirnya bisa terbang sendiri.
Eagle, teringat pada teman-temannya ayam Kiki, Mimi, Miko dan lainnya. Eagle terbang ke tempat mereka dan tidak ada dua menit sudah sampai, tidak seperti kepergiannya sebelumnya ke hutan barat.
“Sembunyiiiiiiiii……!” teriak Miko.
“Ada elang,” sambung Miko ketakutan.
Eagle mendarat dan memanggil-manggil temannya,” Kiki, Mimi, Miko, Kalian dimana? Ini Eagle”.
“Eagle?” kata ayam Mimi dari balik persembunyian.
“Ah masa? Eagle itu tidak bisa terbang, dia hanya ayam buruk rupa,” kata Miko.
“Kawan-kawan ini aku, aku kangen dengan kalian,” teriak Eagle berusaha memanggil teman-temannya.
“Suaranya sama,” kata ayam Mimi.
Mereka akhirnya keluar dari persembunyian dan menemui Eagle.
“Kamu benar Eagle?’ kata ayam Mimi.
“Benar, Mimi. Aku Eagle!”
“Aku baru menyadari sebenarnya aku seekor elang, bukan seekor ayam seperti kalian. Aku sekarang sadar mengapa aku berbeda dengan kalian. Seharusnya dulu aku tidak perlu rendah diri karena sebenarnya salah satu perbedaan itulah yang membuatku bisa terbang tinggi,” kata Eagle.
“Apa itu?”, “ Apa itu?” tanya ayam-ayam itu ribut penasaran.
“Ini, sayapku yang lebar yang dulu aku anggap buruk,” jawab Eagle.
“Wah, tapi setelah kamu sadar kamu adalah seekor elang, kamu tidak memangsa kami kan yah?” kata ayam Kiki.
“Tentu tidak, kalian teman aku,” kata Eagle.
Eagle dan ayam Mimi, Kiki, Miko terus menjalain persahabatan dan sesekali Eagle mengajak teman-temannya terbang.

Oleh, Kumala Sukasari Budiyanto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar