Jumat, 02 Agustus 2013

Lomba Lari



“Ayo semuanya berkumpul, lomba lari akan segera dimulai,” kata kucing moimoi, kucing betina yang terkenal sebagai bunda lurah oleh seluruh kucing-kucing di perumahan Taman Bidadari.
Setiap tujuhbelas Agustus, kucing-kucing di perumahan Taman Bidadari tidak mau kalah dengan para majikan, mereka juga mengadakan lomba, salah satunya lomba lari.
Semua kucing sudah berkumpul di taman, bunda lurah membacakan aturan permainan. Mereka semua akan berlari mengelilingi perumahan mulai dari blok A sampai E, peserta yang lelah boleh berhenti sebentar dan minum asalkan mereka dapat mengatur waktu sampai paling cepat karena yang menang adalah yang sampai terlebih dahulu di blok E tepatnya di rumah majikan bunda lurah kucing. Disana sudah menunggu mas Kris, majikan bunda lurah kucing yang menjadi juri dan memberi hadiahnya, berupa ikan peda, kesukaan kucing-kucing perumahan Taman Bidadari.
Pertandingan beberapa menit lagi dimulai, semua sudah memasang ancang-ancang.
“Cemong, kamu kenapa diam? Kenapa kamu tidak ikut berbaris disana di titik start,” tanya bunda lurah.
“Aku sedang berpikir, apakah aku mampu. Satu kakiku masih sakit karena kemarin kelindas ban sepeda mas Aryo, majikan kecilku,” jawabnya lirih.
“Udah cemong, kamu tidur saja, mana bisa berlari dengan tiga kaki,” kata cimeng.
“Tapi…..aku sangat ingin ikut, sudah satu tahun aku menunggu lomba ini. Tahun lalu, kan, aku tidak bisa ikut karena diajak majikanku ke puncak,” jawab cemong.
“Ya, sudah cemong, kalau kamu sudah berniat, ikut saja, jalani saja, bukan untuk mengejar kemenangan semata tapi untuk dinikmati,” kata bunda lurah kucing.
Cemong mengambil posisi, kemudian cemong tertunduk memejamkan matanya.
“Cemong, kenapa kamu menutup matamu,” kata seekor kucing di sebelahnya.
Cemong tetap tertunduk dan setelah satu menit berlalu cemong berkata, “aku tadi berdoa, maaf yah sudah tidak menjawab pertanyaanmu.”
Pertandingan segera dimulai, ibunda kucing berteriak, “meaooooowwwww,”  tanda agar semua peserta bersiap-siap di garis start.
“Meaoowww!”, bunda kucing kembali bersuara menandakan perlombaan dimulai.
Semua kucing dewasa lari sangat kencang, sedangkan cemong hanya bisa berlari diantara anak-anak kucing.
“Paman cemong, ciayooo (artinya semangat)!” kata kopit, anak kucing kecil kepada cemong.
“Iya, kopit......, paman masih semangat, kok. Bagaimana pengalaman lomba lari pertamamu  ini?” kata cemong.
“Seru paman, tapi bagaimana kami bisa menang dengan kucing-kucing dewasa? Bunda lurah harusnya membagi jadi dua kategori,” kata kopit.
“Belum tentu begitu, kopit, dua tahun lalu pemenangnya kucing kecil seumuran kamu loh,” kata cemong.
“Oh ya paman, kok bisa?” kata bobie teman kopit.
“Bisa saja, yang penting kita semangat, tidak mudah putus asa,” kata cemong.
Setelah lima menit berlalu, cemong menjumpai beberapa temannya, kitty,milo dan miki sedang istirahat menarik nafas panjang-panjang karena kelelahan berlari sangat cepat.
“Air…, air….,” teriak kitty.
“Cemong, sudahlah, istirahat disini saja, kamu mana mungkin sampai finish. Kalau sampai juga pasti kalah,” bujuk miki.
“Ah, aku mau berjalan terus, aku tidak mau menyerah,” jawab cemong.
Lima menit cemong berlari tertatih-tatih, tiba-tiba “seerrrr” suara angin mengikuti milo dan miki yang berlari sangat kencang. Cemong agak sedih karena tidak bisa lari sekencang mereka, padahal sebelum kakinya sakit, dia dapat berlari lebih kencang dari mereka.
Cemong melanjutkan larinya sambil menahan perasaan sedih dan tiba-tiba terdengar suara “kerincing…kerincing…” bunyi bel di leher kity yang centil.
“Halo, cemong, kita ketemu lagi,” sapa kity dengan genit.
“Halo juga manis,” sambut cemong sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Uuuuuh, om cemong sakit-sakit masih genit juga, merayu tante kity,” kata kopit.
“Om cemong, sepertinya om cemong bisa berlari lebih cepat dari kami. Sebaiknya om cemong coba berlari lebih cepat tidak perlu menunggu kami,” kata kopit.
Cemong mengikuti saran kopit dan berlari lebih sedikit kencang.
Tidak terasa, cemong sudah sampai di blok D, dari kejauhan cemong melihat teman-temannya sedang beristirahat.
“Kalian kenapa berhenti?” tanya cemong.
“Aku sudah lelah, sudah tua, aku menyerah,” kata barong.
“Aku sih lagi santai saja, di depan belum ada kucing yang lewat, kami terdepan, jadi santai aja,” kata si hitam.
“Sekarang kamu yang baru muncul, kamu jalanlah duluan, nanti lima menit lagi aku susul pasti aku yang menang,” sambung si hitam.
“Ya, sudahlah…., aku lari duluan yah,” jawab cemong.
Lima menit berlalu, cemong terus berlari dengan konsisten dan tak mengenal putus asa.
“Hu…hu…miauwwww,” terdengar suara si hitam dari belakang.
Langsung saja si hitam menyalib cemong dan berada di depannya. Cemong hanya bisa tersenyum.
Tiba-tiba terdengar suara,“biiuuurrrrr”.
“Apa itu?” kata cemong dalam hati dan berlari lebih kencang lagi.
Dari kejauhan dilihatnya si hitam kecebur ke got, tubuhnya yang hitam menjadi bertambah hitam kelam. Ibu Tuti sedang berusaha mengeluarkan si hitam dari dalam got.
Saat cemong sampai di dekat got itu, si hitam tampak masih terbatuk-batuk karena menelan air got.
“Ayo, hitam, segera lanjutkan lombanya,” teriak cemong.
“Kau duluan lah, aku mau istirahat sebentar, aku masih punya waktu,” jawab si hitam.
Cemong akhirnya berlari di barisan paling depan, sesekali dia melihat ke belakang mencari si hitam tapi si hitam belum muncul, padahal garis finish tinggal beberapa meter lagi.
Cemong terus berlari dan tanpa terasa dia telah mencapai garis finish.
“Selamat cemong!” kata mas Kris sambil mengelus-elus kepala cemong dan memberikan cemong hadiah ikan peda.
Cemong gembira dan semua teman-temannya takjub, ternyata walaupun dengan kondisi tidak sempurna,  kemenangan masih dapat dicapai dengan semangat, ketekunan dan cara yang tepat.
Kemudian cemong mengajak teman-temannya merayakan kemenangannya dengan menikmati ikan peda hadiah lomba.

Oleh, Kumala Sukasari Budiyanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar