Jumat, 02 Agustus 2013

Pelangi Sehabis Hujan



Hiduplah sekompok burung di hutan pinggiran kota di pulau jawa, mereka setiap pagi bersiul-siul “tra la la, tra li li…..tra la la,  tra li li ….”, sambil terbang hinggap dari satu pohon ke pohon lainnya.
Siang harinya mereka beristirahat seperti biasanya, sambil bercerita dan bercanda satu dengan lainnya, namun kebahagiaan mereka siang ini tiba-tiba terhenti. Mereka semua kaget melihat sekelompok manusia mendatangi hutan mereka tinggal, manusia itu membawa alat ukur dan gulungan kertas panjang.
“Mau apa mereka?” kata salah satu burung.
“Entahlah, baiknya kita sembunyi dulu dibalik pohon,” sahut burung lainnya.
Betapa terkejutnya mereka ternyata sekelompok manusia itu sedang membicarakan pembangunan perumahan di area hutan mereka tinggal.
“Kalau begitu kita pindah ke hutan bagian dalam saja,” kata kepala suku kawanan burung tersebut.
Mereka berkemas-kemas dengan hati yang sedih dan pindah ke hutan bagian dalam dan membangun tempat tinggal baru.
Kedamaian mereka kembali berlangsung, namun sayang kebahagiaan itu hanya bertahan seminggu karena sekelompok manusia yang sama mendatangi tempat mereka.
“Wah, kita harus bagaimana?” para burung berteriak-teriak. Lalu di saat bersamaan terdengarlah suara geledek menggelegar tanda hujan lebat akan turun, para burung terbang tunggang langgang mencari tempat hinggap, tapi sekelompok manusia itu tetap saja melanjutkan kerjanya memotong pohon.
Dua ekor anak burung yang masih kecil, kakak beradik bernama Pipit dan Puput, tertinggal dari kelompoknya yang sudah terbang entah kemana. Mereka terpaksa hinggap di pohon satu-satunya yang masih tersisa di area tersebut, namun pohon tersebut hanya tinggal ranting-ranting kecil karena sebagian sudah dibabat oleh sekelompok manusia tadi yang tidak sempat menyelesaikan pekerjaannya karena hujan turun amat deras.
“Kakak, teman-teman kita jahat, kita tinggal berdua disini, mereka tidak peduli dengan kita, padahal selama ini kita tidak pernah menyakiti mereka,” keluh Puput.
Pipit menenangkan adiknya, “Kakak yakin mereka tidak bermaksud demikian.”
“Ahhhhh….., kakak, tapi kenyataannya seperti ini, kak”, bantah Puput sambil menghentak-hentakkan kakinya ke dahan-dahan.
“Put, jangan dihentak seperti itu, nanti dahannya patah,” kata Pipit.
Mereka berdua mulai kedinginan karena dahan pohon tersisa yang dapat menutupi tubuh mereka memang hanya sedikit. Puput terus marah-marah dan berniat terbang hujan-hujanan mencari tempat baru.
“Puput, kita berteduh disini saja, kita nikmati suara hujan, nanti setelah hujan kamu pasti suka mencium wangi tanah yang tersiram air hujan dan juga menikmati indahnya pelangi”, hibur Pipit kepada Puput.
Puput yang sudah mulai kecapaian karena mondar-mandir diatas dahan, akhirnya terlelap tidur dipelukan kepak sayap sang kakak.
Sang kakak, sebenarnya sudah mulai kedinginan, tapi karena kepak sayapnya harus menahan badan adiknya maka tubuhnya menjadi hangat.
Dalam hatinya Pipit berdoa sambil menepuk-nepuk badan adiknya yang sedang tertidur dengan sayapnya, “Terima kasih Tuhan, walau hujan membuatku sedikit kedinginan tapi terpaan lembut percikan air hujan menyegarkan wajahku. Suara rintik hujan yang tinggi rendah serta bunyi geledek bagaikan bunyi drum dalam konser musik manusia, juga asik untuk dinikmati.”
Pipit memejamkan matanya dan menoleh ke arah wajah adiknya yang benar-benar sudah terlelap.
Pipit menikmati hujan dan teringat akan pelangi yang biasanya muncul sehabis hujan. Pipit tidak sabar menantikan pelangi yang akan datang sehabis hujan, “pelangi itu indah sekali,” katanya dalam hati.
Selang waktu satu jam, hujan berhenti dan pelangi mulai terlihat. Pipit membangunkan Puput dan menagajaknya terbang-terbang di bawah pelangi yang indah.
Puput pun menjadi gembira kembali karena melihat pelangi.
Mereka terbang dan bercanda di bawah pelangi, kesedihan atas hilangnya tempat tinggal mereka juga sirna, mereka berdua bergembira.
Lekukan pelangi mengarahkan pandangan mereka ke suatu area nan hijau dihiasi warna merah, kuning, ungu.
“Adikku, kita coba ke arah area itu, tampaknya indah sekali,” kata Pipit.
Mereka terbang ke area tersebut dan alangkah takjubnya mereka melihat area taman yang indah. Pada area tersebut juga hidup beberapa jenis burung dan kupu-kupu.
“Saudaraku,” sambut seekor kupu-kupu.
Pipit dan Puput ragu-ragu menjawabnya karena mereka meragukan sang kupu-kupu dan penghuni taman ini senang menerima kehadiran mereka.
Tidak lama kemudian, datanglah beberapa burung dan kupu-kupu lainnya dan tambah gentar lah Puput dan Pipit.
“Kalian tidak punya tempat tinggal atau tersasar,” tanya seekor burung nuri.
“Tempat tinggal kami digusur manusia yang ingin membangun perumahan di hutan pinggir jalan tempat tinggal kami itu,” kata Pipit.
Lalu Pipit bercerita panjang lebar perjalanan mereka sehingga sampai di taman ini.
Para burung dan kupu-kupu penghuni taman mengajak Puput dan Pipit tinggal di tempat mereka. Puput dan Pipit diajak ke area pancuran air untuk mandi lalu beristirahat.
Tidak lama kemudian, Puput dan Pipit kaget melihat seorang manusia datang menghampiri mereka.
“Kakak, aku takut….ada manusia juga disini,” teriak Puput sambil mau menangis.
Melihat Puput panik, seekor burung nuri menghampiri, “jangan takut, Puput, dia manusia yang merawat  taman ini menjadi indah, manusia ini baik kepada kami dan peduli lingkungan sehingga mau mendirikan taman ini untuk menjaga penghijauan kota.”
“Jadi manusia yang ini beda yah, dia memelihara tanaman bukan menebang dan mengusir kami,” sahut Puput.
“Iyalah adikku, kamu ingat pelangi indah yang muncul sehabis hujan tadi….. begitu dengan temapt tinggal baru kita di taman yang indah ini diberikan Tuhan bagaikan pelangi sehabis hujan tadi”.

Pesan dari cerita ini “bersungut-sungut di masa susah tidak akan menyelesaikan masalah, tapi jika kita bersabar melewatinya serta tetap bersyukur dan berusaha maka jalan keluar akan datang untuk kita” dan cerita ini juga mengingatkan kita untuk melestarikan alam.
Catatan : pelangi sengaja tidak dituliskan selalu muncul sehabis hujan karena di Jakarta sulit sekali menemukan pelangi dan wilayah cerita juga dibatasi di suatu daerah di pulau Jawa yang mungkin masih sering muncul pelangi.

Oleh, Kumala Sukasari Budiyanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar