Memiliki
handphone adalah mimpi Tina sejak
setahun yang lalu, tapi papa Tina baru mau membelikan handphone jika Tina naik kelas dengan nilai yang bagus. Syukurlah
tahun Tina naik kelas dengan nilai yang bagus.
Tina
sangat senang sekali, sekarang dia bisa berkomunikasi dengan teman-temannya
saat dia berada dimana saja, Tina lebih memilih sms daripada telpon karena
biayanya jauh lebih murah..
Hampir
sepanjang hari, handphone itu tidak
pernah lepas dari genggamannya, bahkan saat berjalan-jalan di mall pun Tina
masih berkirim sms.
Pada
suatu hari, Tina asyik berkirim sms dengan Marni sahabatnya membicarakan Chiko,
teman barunya di kelas.
“Chiko
memang ganteng,” bunyi sms Tina kepada Marni.
“Kamu
naksir yah….ngaku aja,” balas sms Marni.
Tina
sedang ber-sms sambil jalan di mal menjadi grogi dan senyum senyum sendiri,
beberapa orang meliriknya dengan tatapan aneh.
Tina
segera mengetik sms balasan untuk Marni sambil terus berjalan di mal dan
tiba-tiba saat hendak mengirim sms tangannya tersenggol dan tidak sengaja salah
kirim ke mama.
“Wah
gawat ! Salah kirim,” kata Tina dalam hati grogi
“Nama
mama berurutan dengan nama Marni sih di daftar handphone-ku…., aduh..., jadi salah deh, bagaimana ini?” sambung
Tina..
Tina
berpikir sejenak lalu segera pulang ke rumah dengan hati dag dig dug dan berharap mama belum membaca sms salah kirim itu.
“Aku
harus segera menemukan handphone mama
dan menghapus sms yang aku salah kirim,” tekat Tina dalam hati.
Tina
mengendap-ngendap masuk ke kamar mama.
“Itu
dia handphone mama,” kata Tina dalam
hati tersenyum.
Tina
segera mengambil handphone mama dan
menghapus sms itu.
“Hah…untung
aku bisa menghapusnya,” kata Tina.
Tina
kembali ke kamarnya dan tiba-tiba mama mengetuk pintu.
“Tina,
boleh mama masuk,” terdengar suara mama dari balik pintu.
Tina
membukakan pintu untuk mama dan wajah mama tampak ingin menyampaikan sesuatu sehingga
membuat Tina grogi.
“Tina,
anak mama yang cantik, sekarang sudah ada yang naksir yah?” tanya mama meledek
dengan senyuman.
“Ah
mama, tidak mah,” jawab Tina tersipu-sipu.
“Sudahlah,
jujur saja dengan mama, jangan malu-malu. Wajar kalau anak mama ada yang
naksir, anak mama kan cantik, pandai dan bisa masak pula,” sambung mama merayu.
“Ah
mama, bagaimana bisa mama tiba-tiba berpikiran seperti itu?” tanya Tina gugup
campur malu-malu.
“Tadi
mama membaca sms kamu yang salah kirim itu,” kata mama.
Tina
hanya diam, takut bercampur bingung karena baru saja sms itu dia hapus tapi
kenapa mama tahu.
“Kamu
bingung kenapa mama tahu? Mama sudah membacanya. Mama juga lihat tadi diam-diam
kamu menghapus sms itu,” kata mama tersenyum.
“Aku…aku…,”
kata Tina grogi.
“Kamu
masih beruntung salah kirim sms ke mama,
coba kalau ke temanmu, pasti kamu malu bukan kepalang,” kata mama.
“Kamu
diberikan hadiah handphone bukan
untuk bergosip. Lain kali jangan begitu yah, nak…. Lalu, satu lagi pesan mama,
pertahankan prestasi belajarmu yah,” sambung mama sambil keluar dari kamar Tina
sambil tersenyum dengan tatapan yang kuat penuh makna.
Tina
masih bingung kenapa sms salah kirim yang sudah dia hapus masih bisa dibaca
oleh tapi mama.
“Ya…ya…
aku tadi menghapus sms di inbox,
bukan new message, jadi pasti sudah dibaca. “Hah,…beginilah
kalau aku sedang grogi, jadi bodoh, apa-apa salah,” kata Tina dalam hati kesal.
Sejak
saat itu Tina tidak lagi ber sms ria untuk bergosip apalagi mengetik sms sambil
berjalan, selain bisa salah kirim sms dia tidak mau menyia-nyiakan suasana yang dapat dinikmati saat jalan-jalan.
Oleh, Kumala Sukasari Budiyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar